Senin, 13 April 2009

SEJARAH RINGKAS DATUK RANGKAYO BASA DI KANAGARIAN TIKU - AGAM

Menurut silsilah (ranji), kaum keturunan Datuk Rangkayo Basa (DRB) di Kanagarian Tiku berasal dari sebuah perkampungan kaum suku Jambak bernama Galo Gandang di Tanah Data. Salah seorang dari kaum ini, pada masa yang tidak teridentifikasi, merantau ke pesisir barat bernama Puti Sanang Hati dengan membawa empat orang anaknya, tiga perempuan dan seorang laki-laki. Anak yang pertama bernama Puti Ambat, yang kedua bernama Puti Langgam, yang ketiga adalah laki-laki yang bernama Sutan Mara Basa, serta yang bungsu bernama Puti Manis. Menurut ranji yang saat ini masih disimpan oleh kaum keluarga DRB di Galo Gandang Tanah Data, Puti Sanang Hati mempunyai empat orang anak, namun nama anak-anak tersebut tidak disebutkan karena ranji mereka putus sampai Puti Sanang Hati saja, namun hanya tertera bahwa Puti Sanang Hati memiliki empat orang anak, satu diantaranya adalah laki-laki. Dalam dalam ranji keluarga DRB di Tiku, nama-nama kaum keluarga ini tercatat dengan baik. Sehingga singkatnya untuk menjaga tali hubungan darah ini tidak putus, maka pada masa itu DRB pun dilewakan di nagari rantau pesisir ini. Sutan Mara Basa sebagai satu-satu anak lelaki dalam kaum ini dilewakan gelar Datuk Rangkayo Basa. Karena ciri-ciri dari Sutan Mara Basa ini orangnya tinggi berdada cekung, maka beliau juga disebut oleh orang sebagai Datuk Rangkayo Basa nan Cakuang Dado (Di samping tersebutkan pada ranji, tanda kebenaran kaum keturunan ini berasal dari kaum keluarga Jambak Galo Gandang Tanah Data dapat dilihat pada pandam pekuburan kaum Jambak di Jawi-jawi Tiku yang batu nisannya berasal dari kerajinan Galo Gandang Tanah Data). Menurut kisah yang siriwayatkan oleh para tuo-tuo kaum suku jambak, Sutan Mara Basa bergelar datuk Rangkayo Basa (nan cakuang dado) terkenal karena berbagai keistimewaan yang dimilikinya sehingga hal ini membuatnya sangat disegani di dalam dan di luar nagari Tiku. Sehingga selain gelar Datuk Rangkayo Basa merupakan gelar sako kaum jambak juga merupakan gelar pemimpin dalam kanagarian Tiku yang menaungi suku-suku lainnya di kanagarian Tiku. Hal ini terlihat dari kepemimpinan-pemimpin penyandang gelar sako DRB di Tiku yang semuanya merupakan wali nagari kanagarian Tiku.

Ranji DRB di kanagarian Tiku (pesisir barat) yang asli dibuat dalam tulisan arab, sama halnya dengan ranji yang asli yang ada di tangan kaum kelurga DRB di Galo Gandang Tanah Data. Kemudian oleh salah seorang cucu kemenakan St Mara Basa Datuk Rangkayo Basa yang bernama Haji Abdul Wahab atau Buyuang Enek (bergelar Sutan Badar Alam), ranji bertulisan arab ini dibuatkan ke dalam bahasa latin (Indonesia), sementara ranji yang asli bertulisan arab tersebut masih disimpan dengan baik.

Dalam sistem kekerabatan matriakhat di Minangkabau, sako dan pusako diwariskan secara turun temurun menurut garis ibu. Kawasan pusako kaum keluarga suku Jambak ini meliputi daerah Jawi-jawi sampai ke Cacang (Tiku). Demikian pula halnya, ketika Sutan Mara Basa bergelar Datuk Rangkayo Basa memasuki masa purna tugas sebagai pemegang sako tinggi kaum keluarga suku Jambak, maka sako ini pun diteruskan oleh kemenakan dan cucu-cucu kemenakannya yang semuanya juga menjadi pimpinan di kanagarian Tiku. Dalam ranji kaum ini dapat ditemui nama-nama cucu kemenakan yang meneruskan sako kaum ini. Cuku kemenakan yang terakhir memegang gelar sako Datuk Rangkayo Basa ini bernama Sutan Tamin, juga wali nagari Tiku. Namun ketika Sutan Tamin Datuk Rangkayo Basa wafat sekitar tahun 1970, gelar sako ini tidak dapat terselenggarakan lagi dengan baik karena kemenakan yang seharusnya melanjutkan kepemimpinan kaum keluarga, diantaranya H Abdul Wahab bergelar Sutan Badar Alam, berada diperantauan. Namun agar tanda pusako dan identitas kaum Jambak kanagarian Tiku keturunan kaum keluarga Datuk Rangkayo Basa tidak hilang, semasa hidupnya Sutan Badar Alam telah memugar pandam pakuburan kaum Jambak yang terletak di Simpang Tiga Jawi-jawi Tiku dan bangunan rumah gadang yang teletak di Jawi-jawi (tidak jauh dari pandam pakuburan ini) direhabilitasi dan sebagian tanahnya dijadikan bagunan sebuah mesjid yang bernama Nurul Wahab. Pada pandam pakuburan kaum ini terbaringlah Puti Sanang Hati dan anak-anaknya termasuk Sutan Marah Basa Datuk Rangkayo Basa serta semua generasi kaum suku Jambak kanagarian Tiku kaum keturunan Datuk Rangkayo Basa yang berasal dari Galo Gandang Tanah Data ini.

Sako Datuk Rangkayo Basa sudah tidak dilewakan lagi semenjak meninggal Sutan Tamin sebagai pewaris yang terakhir, walau ada upaya dari berbagai pihak untuk meminjamnya. Di samping itu, berbagai perkembangan situasi politik telah menyebabkan pula berbagai hal terjadi pada gelar sako DRB ini.

Datuk Rangkayo Basa boleh tiada, namun semangat dalam membangun kampung dan kaum keluarga seperti yang pernah dilakukan oleh pemangku-pemangku sako Datuk Rangkayo Basa masih melekat di dalam jiwa setiap anggota kaum keluarga, baik yang masih berada di kampung maupun yang di perantauan.


3 komentar:

Anonim mengatakan...

Perlu kejelian dan pengamatan yang cukup tajam dari saudara Nanang, memang tidak mudah mengikuti rekam jejak sisilah keturunan masyarakat minangkabau. diperlukan kehatian-hatian dalam mengolah sumber dan data. Mungkin ini adalah salah satu usaha menyelamatkan salah satu sejarah nagari Tiku mumpung belum di rampas oleh para peneliti asing yang kemudian di simpan di perpustakaan mereka. dan lebih jauh lagi memanipulasi sejarah Tiku sendiri demi kebutuhan personal dan manipulasi sejarah..
Lanjutkan bro, masih ada Harapan

Poppy Irawan

Unknown mengatakan...

Bisakah anda mengirimkan ranji keturunan St. Tamin DRB ke pada kami. Karena ibu saya kebetulan adalah cucu beliau, anak dari Abdul Madjid (Pak landbow) bin Sutan Tamin DRB.

Unknown mengatakan...

Dear Oktia Hendra.. Sepengetahuan saya, Nenek saya Siti Zainab (andung Lambau) yang merupakan putri ke empat dari Sutan Tamin DRB memiliki kakak bernama Abdul Madjid (saya menyebutnya dengan ungku madjid) walaupun saya belum pernah bertemu dengan beliau namun nenek saya sering menyebut dan menceritakan silsilah keluarganya.. Sebagai informasi nenek saya memiliki 6 saudara kandung : yang pertama Sii Baheram (nenek Ely Kasim), nenek Manggih (keluarga besar sebagian berdomisili di Medan) , Abdul Madjid (mungkin yang dimaksud Dear Oktia) , Siti Zainab/andung Lambau ( nenek saya ), ungku Napoleon (keluarganya sebagian di Jakarta) , Andullah / Ungku badul ( keluarga di Tiku), Siti Gumalasari / andung dadah ( kel di Tiku dan Jakarta).. Demikian sekilas informasinya...jika perlu info tambahan bisa contac saya dg Enka 081290402510