Selasa, 02 April 2013

GUAN SIE Sistem Nepotisme Tiongha

Pakar manajemen Hermawan Kertajaya pernah mengatakan bahwa di kalangan masyarakat Mandarin ada system nepotisme yang tidak berkonotasi negatif. Dalam nepotisme yang disebut GUAN SIE ada aturan mengutamakan kerabat dekat untuk diajak kerjasama berkarya, namun reward dan punishment harus dilaksanakan dengan konsisten. Bila anak kandungnya yang bertugas menjaga toko mangkir, maka honorariumnya dipotong setara dengan absennya. Rekruitmen pegawai dilaksanakan secara obyektif sesuai fungsi dan kemampuannya. Bila kerabatnya belum mampu melaksanakan beban tugas, lebih dulu dikirim ke pendidikan yang sesuai. Kekerabatan dalam guan sie terasa lebih konsisten dan konsekuen terhadap aturan profesionalisme kerja. Disinilah antara lain letak sisi keunggulan masyarakat Mandarin dibanding pebisnis golongan lain. Bila ada warga Mandarin yang melakukan manipulasi di sebuah organisasi/perusahaan akan terisolir dari komunitasnya. Dengan demikian masyarakat yang berada dalam lingkungan guan sie (nepotisme?) akan terdidik untuk berpikiran lebih dewasa dan professional dalam berkarya. Sebaliknya dalam istilah NEPOTISME dan KOLUSI mengandung pengertian negatif yaitu mementingkan kerabat terdekat dengan menutupi kelemahannya serta tidak konsisten melaksanakan punishment walau kerabatnya tidak kredibel atau melakukan kesalahan/manipulasi.


Dalam lingkup nepotisme ini orang jadi manja, tidak dewasa dan sangat tergantung pada kerabat koneksinya. Suasana kerja tidak kondusif dan perasaan iri pegawai yang lain berkembang bagai api dalam sekam. Bila kepercayaan dan obyektifitas tidak terjaga, maka kemerosotan kinerja tinggal menunggu waktu saja. Dalam pengertian ini nepotisme menjadi penyakit berbahaya dalam tubuh organisasi. Nepotisme merupakan lahan subur untuk tumbuhnya bibit penyakit korupsi kanker bangsa.

Dan permasalahan yang sama pernah saya alami beberapa tahun lalu di sebuah organisasi intrakampus di unpad. Kita lebih mengenal nya dengan system kekeluargaan,system ini bisa di artikan sebagai “keluwesan”. Tapi bukan berarti menjadi suatu “pembenaran” atas permasalahan yang ada. Kekeluargaan hanya dalam ruang lingkup interaksi dan tidak meliputi wilayah kerja,akan menjadi ambigu ketika kekeluargaan dicampur adukan dengan suatu system yang namany propesional. Karena dua hal ini jauh berbeda, baik dalam pemaknaan maupun penerapanya. Kekeluargaan dalam ruang lingkup interaksi meliputi hal-hal yang diantaranya adalah hubungan antara invidu dengan individu, ada hubungan antara teman dengan teman,kakak dengan dengan adik dan sebaliknya sementara professional dalam wilayah kerja meliputi system kerja masing2. Setiap anggota memiliki tanggung jawab masing2, adapun dalam pelaksanaanya tanggungjawab tidak dapat dipisahkan dari garis komando dan koordinasi masing, kebijakan2 yang mendesak dan insidentil.

*Diketik Ulang

Tidak ada komentar: